AJAL RATUSAN TENTARA KNIL DI MAUMERE - FLORES: Jenazah Dikuburkan di Kebun-Kebun Kelapa


 


TIDAK TERLINTAS dalam benak Charles Hendrik Jacques Barneveld Binkhuysen bahwa hidupnya akan berakhir tragis di tempat nun jauh, di Maumere – Flores, Nusa Tenggara Timur. Binkhuysen yang berpangkat Ls Sld KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger/ Tentara Kerajaan Hindia Belanda) turut terjebak dalam kecamuk Perang Dunia II manakala kekuatan Belanda berhasil digoyahkan Jepang. Dalam kurun waktu singkat Jepang berhasil menguasai Indonesia serta negara-negara Asia. Sebagai tentara KNIL, Binkhuysen tidak bisa berbuat apa-apa selain ikut takluk. Sejak akhir tahun 1942 ia sudah terpisah dari istrinya, Jeanne Portier, dan empat buah hati mereka yang masih belia; Ventje, Atje, Dolly, dan Willem. 

Pada tanggal 25 April1943, pria jangkung ini diboyong dengan kasar bersama kawan-kawannya meninggalkan Surabaya, berdesak-desakan menaiki kapal Jepang, Tazima Maru, menuju Maumere. Ke kota kecil yang sangat tidak kenalinya itu, ia hanya tahu bahwa nasibnya akan berubah menjadi pekerja paksa Jepang untuk waktu yang tak tentu.

Dalam kapal Tazima Maru, Binkhuysen mendapati dirinya sebagai satu di antara 1030 tawanan. Tidak. Bukan hanya 1030 tawanan. Kapal itu tidak berangkat sendirian, namun dalam satu konvoi bersama dua kapal lainnya: Tenzio Maru (mengangkut 930 tawanan) dan Koam Maru (mengangkut 100 tawanan). Total mereka berjumlah 2060 tawanan, terdiri atas tentara KNIL serta para tahanan penjara di kota-kota Jawa. Setelah berlayar selama dua pekan dengan menyinggahi Lautem dan Dili (Timor Leste), Tazima Maru, Tenzio Maru, dan Koam Maru memuntahkan Binkhuysen dan tawanan lain di Maumere. Mereka lantas diangkut ke kamp-kamp militer di sejumlah titik di pesisir utara Maumere. Ada Blomkamp, Reyerskamp, Wulffkamp, dan yang paling jauh Talibura. Semua kamp dibangun seadanya saja, menggunakan bambu, dinding anyaman, dan atap dari daun kelapa. Di sekeliling kamp dipagari kawat berduri, guna mencegah kaburnya para tawanan.

Binkhuysen awalnya ditempatkan di Blomkamp yang terletak di bagian timur kota Maumere. Kamp ini disebut juga sebagai Java III 2D, menjadi kamp tawanan militer terbesar di Maumere, sanggup menampung 2079 orang. Begitu mereka tiba, pekerjaan berat telah menanti. Para tawanan harus memperbaiki dan membangun kembali lapangan terbang yang telah dibom Sekutu. Pekerjaan yang menguras tenaga ditimpali serangan penyakit tropis membuat banyak tawanan berdarah Belanda jatuh sakit. Wabah disentri menyebar dengan cepat antara para tawanan yang tinggal dalam kamp sederhana itu. Binkhuysen mengalami hal serupa. Fisiknya tak mampu bertarung dengan penyakit dan suhu Maumere yang panas. Ia menderita Malaria. Binkhuysen sempat diungsikan ke Reyerskamp yang berjarak 3 km ke barat Maumere. Malang tak dapat ditolak, lelaki berusia 38 tahun itu pun menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 29 November 1943 dan dimakamkan tak jauh dari Reyerskamp. Begitulah, Charles Hendrik Jacques Barneveld Binkhuysen akhirnya hanya menyisahkan foto-foto kenangan bagi anak-anaknya. Willem, putra bungsunya, kemudian hari menulis dalam blog keluarga;

“Toen ik 11 maanden jong was werd mijn vader opgeroepen voor het KNIL om mee te vechten in de tweede wereldoorlog ter verdediging van Nederlands Indie tegen de jappen. Ik heb hem helaas nooit meer teruggezien, want hij is een jaar later in een jappenkamp te Maoemere op het eiland Flores op 29 november 1943 overleden.” (Ketika saya berusia 11 bulan, ayah saya dipanggil KNIL untuk bertempur di Perang Dunia Kedua membela Hindia Belanda melawan Jepang. Sayangnya saya tidak pernah melihatnya lagi, karena dia meninggal setahun kemudian di kamp Jepang di Maumere di Pulau Flores pada tanggal 29 November 1943).


Keterangan pemerintah Jepang terkait kematian Binkhuysen di Maumere.
Ia meninggal pada jam 0:40 pagi tanggal 29 November 1943.
Dimakamkan di pemakaman sebelah barat Maumere (West Maumere POW Cemetery).

Nisan Binkhuysen yang dibuatkan di Pemakaman Kembang Kuning Surabaya (kiri),
dan Surat Penghargaan Salib Perang dari pemerintah Belanda (kanan).
Tidak disebutkan apakah tulang belulangnya dipindahkan dari Maumere ke Surabaya.


Profile Charles Hendrik Jacques Barneveld Binkhuysen.
Lahir di Semarang (23 April 1905), meninggal di Maumere (29 November 1943)

Potret istri Binkhuysen, Jeanne Portier, bersama empat anaknya; Dolly, Atje, Willem, Ventje (kiri).
Jeanne Portier saat masih muda (kanan atas) dan ketika mereka menikah (kanan bawah) 


TUJUH PULUH TUJUH tahun kemudian, tertanggal 20 November 2020, sebuah artikel berjudul “Gezocht: Nabestaanden van te Flores omgekomenen” muncul di laman Indische Genealogische Vereniging (IGV). Artikel itu ditulis oleh Jacq. Z. Brijl, seorang letnan kolonel yang mencari kerabat dari 94 tentara KNIL yang tewas di Maumere. 

Jacq. Z. Brijl mengulas tentang perjalanan para tawanan KNIL dari Cimahi. Para tawanan perang yang diinternir di bekas KNIL. barak Bat IV dan IX di Cimahi dideportasi dengan kereta api via Batavia pada tanggal 12 April 1943 ke Surabaya. Ini adalah perjalanan yang mengerikan karena tidak ada air atau makanan yang tersedia di sepanjang jalan; belakangan ternyata beberapa tawanan perang Belanda sudah meninggal selama perjalanan ini.

Setelah tiba di stasiun di Surabaya, para tawanan perang dikejar-kejar dengan teriakan keras, tendangan, serta pukulan, dan dibawa ke bekas lokasi Jaarbeurs yang telah didirikan sebagai kamp interniran. Situasi di kamp ini sangat buruk. Banyak tawanan perang menderita penyakit mata yang serius dan disentri; perawatan medis tidak mencukupi dan orang-orang kelaparan karena sedikit dan miskinnya makanan yang mereka terima di kamp ini. Setelah tinggal selama beberapa hari, tawanan perang harus naik kereta api, dalam kelompok sekitar 200 tawanan mereka dibawa ke stasiun Gubeng, di dekat pelabuhan Tanjung Perak. Di situ kapal-kapal telah menunggu untuk membawa ke pulau Flores dan pulau-pulau lain di timur Indonesia. Prosedur pengangkutan ini kemudian lebih terkenal dengan nama "Molukkentransport", karena selain ke Flores (Maumere), sebagian besar tawanan juga diangkut ke Muna (Raha) dan tiga pulau di Maluku (Seram, Haruku, Ambon).

2060 tawanan dipimpin oleh Letnan kolonel van Altena, sedangkan komandan seluruh transportasi Jepang adalah Letnan kolonel Anami. Setelah tiba di Maumere para tawanan perang harus menurunkan dan mendaratkan sendiri semua barang yang disimpan di kapal karena tidak ada dermaga, tawanan perang harus berjalan di air untuk membawa barang ke darat. Naasnya  Jepang tidak menyiapkan apa-apa bagi mereka di Maumere. Para tawanan dibawa ke sejumlah lokasi di mana pohon-pohon kelapa tumbuh dan diperintahkan untuk segera mulai membangun kamp mereka sendiri. Situasinya sangat buruk; misalnya, tidak ada penerangan di malam hari, dan air minum dipasok secara terbatas. Karena situasi yang mengerikan di mana tawanan perang harus bekerja serta tidur singkat, ditambah kurangnya perawatan medis yang baik, penyakit tropis, gizi buruk dan kelelahan, mengakibatkan 380 orang Belanda meninggal di Maumere pada periode 1943-1944.

Jacq. Z. Brijl menegaskan bahwa tentara KNIL yang ditawan tidak pernah berperang dengan tentara Jepang di Flores. Mereka semata dijadikan sebagai tenaga kerja paksa di Maumere dan beberapa lokasi di Flores, seperti di Mbay juga Soa (Ngada). Jacq. Z. Brijl merilis nama-nama 94 tentara KNIL yang dicari kerabatnya, termasuk nama Binkhuysen yang berada di urutan pertama. Artikelnya ini langsung mendapat respon dari Willem, putra mendiang Binkhuysen.”Charles Hendrik Jacques Barneveld Binkhuysen adalah ayahku,” komentar Willem.


Dokumen tentang rute pelayaran kapal Tazima Maru yang mengangkut 1030 tawanan
dari Surabaya ke Maumere menyinggahi Dili-Lautem-Kupang.
Berangkat tanggal 25 April 1943 dan tiba tanggal 9 Mei 1943.

Stasiun kereta Gubeng Surabaya tempat tawanan dibawa
sebelum lanjut naik kapal di Pelabuhan Tanjung Priok

Situasi Pelabuhan Tanjung Priok Surabaya tahun 1943 yang sangat sibuk.
Selain ke Flores, tawanan perang juga diangkut Jepang ke beberapa pulau di Maluku.


Dena Blomkamp di Maumere dengan pembagian tata ruang. Kamp terletak di pinggir pantai.
Ada 16 barak, kantor, rumah dokter dan apotik, dapur rumah sakit, kamar mayat, dan pabrik tempeh
.


Sketsa bangunan Blomkamp untuk tawanan KNIL di Maumere,
dibuat oleh J.F. Anemaet (1943)


KISAH BINKHUYSEN adalah satu dari ratusan kisah naas tentara KNIL yang ditawan kerja paksa oleh Jepang di Maumere. Kisah-kisah yang hingga sekarang menjadi kisah sunyi karena tak banyak yang membicarakannya. Bahkan orang-orang Maumere pun seolah tak pernah tahu. Bisa jadi lantaran peristiwa ini terjadi pada tahun-tahun yang genting, sehingga rakyat di seputaran Maumere tidak punya nyali untuk menyaksikan apalagi terlibat kontak langsung dengan para tawanan. Bukankah di mana-mana selalu dikatakan bahwa kekejaman Jepang saat berkuasa di Indonesia lebih sadis dari VOC Belanda? 

Lalu, bagaimana situasi kamp-kamp itu sekarang? Dan apakah kuburan ratusan tentara KNIL masih ada di Maumere?

Karena kamp-kamp itu hanya terbuat dari bahan-bahan seadanya, tanpa beton-ataupun besi, sehingga tidak ada lagi bangunan yang tersisa. Lokasinya berada di Talibura, Kangae, dan Alok (Waidoko) sudah tidak bisa lagi dikenali atau dilacak pasti. Begitupun jasad para tawanan, mereka hanya dikebumikan secara sederhana, sekadar gundukan tanah dan pancangan salib dari kayu. Tidak dibuatkan permanen sebagaimana umumnya kuburan Belanda di tempat-tempat lain. Seiring berjalannya waktu kondisi makam-makam yang sederhana itu rapuh dan tak terlihat lagi. Kuburan terbesar berada di Talibura, yang menampung jenazah dari 3 kamp, kemudian juga di Waidoko-Sinde Kabor. Kuburan-kuburan ini berada dalam kebun-kebun kelapa yang tumbuh rapat dan rindang.

Tidak disebutkan dan tidak ada dokumen (hingga saat ini) yang mengurai tentang penggalian atau pemindahan kerangka tubuh para tentara KNIL di Maumere. Namun nyatanya nisan-nisan mereka kemudian dibuatkan di beberapa pemakaman Belanda (Ereveld) di kota-kota di Pulau Jawa. Dengan salib bertulis nama masing-masing. Sebut saja Pemakaman/Ereveld Pandu di Bandung, Pemakaman/Ereveld Menteng Pulo di Jakarta, dan Pemakaman/Ereveld Kembang Kuning di Surabaya. Bagaimana jasad-jasad itu dipindahkan ke sana, tidak ada yang tahu. Atau nisan-nisan mereka di Bandung, Jakarta, dan Surabaya itu hanya simbolis saja?


Salib kayu milik Henrik Hilekes di kebun kelapa di Maumere (kiri), kemudian
dibuatkan lagi yang baru di Pemakaman/Ereveld Menteng Pulo Jakarta (kanan)

Henrik Hilekes meninggal di Maumere pada tanggal 11 Oktober 1943
 akibat menderita Beriberi dan Colitis (usus)

Pemakaman/Ereveld Menteng Pulo Jakarta dengan sebuah gereja putih dipotret dari udara.
Tampak salib-salib putih memenuhi pekarangan.


Pusara asli Willem Schornagel di Maumere (kiri) dalam kebun kelapa, dan pusara barunya di
Pemakaman/Ereveld Pandu Bandung (kanan atas). Willem meninggal menjelang Tahun Baru.

Gerbang masuk Pemakaman/Ereveld Pandu di Bandung tempat pusara baru Willem Schornagel dibuatkan. Kebanyakan pusara di sini didedikasikan untuk korban masa pendudukan Jepang. 

Keterangan penyebab kematian Willem Schornagel di Maumere
pada tanggal 31 Desember 1943, akibat Beriberi dan Malaria


Kubur asli Coenradus Cornelis Elmensdorp di Maumere bersisian dengan kubur Willem Schornagel.
Tapi kemudian pusara barunya dibuatkan di kota Surabaya, sedangkan Schornagel di Bandung. 

Keterangan Kematian Coenradus Cornelis Elmensdorp di Maumere
pada tanggal 13 Oktober 1943 akibat Malaria 

Makam Coenradus Cornelis Elmensdorp di Pemakaman Kembang Kuning Surabaya


Profile Christian Wilhelmus Peterse. Lahir di Delft-Belanda (17 Maret 1900),
meninggal di Maumere (17 Mei 1943)

Makam Christian Wilhelmus Peterse dibuatkan di
Pemakaman Kembang Kuning Surabaya (kiri).
Anak-anaknya dipotret tahun 1942 (kanan), setahun sebelum ia meninggal.

Pemakaman Kembang Kuning Surabaya, tempat tentara-tentara KNIL yang meninggal
di Maumere juga dibuatkan salibnya di sini.


Meninggal di Maumere dalam usia yang masih sangat muda, 23 tahun.
Hendrik lepe Borgman juga tercatat sebagai mahasiswa jurusan kimia.
Nisan pengingat kematian pemuda kelahiran Rotterdam ini
terdapat di Pemakaman Kembang Kuning Surabaya


Sebagian kecil dari daftar tentara KNIL Belanda yang meninggal di Maumere selama tahun 1943-1944 yang dirilis oleh lembaga Oorlogsgravenstichting. Dinyatakan lebih dari 380 tawanan Belanda yang meninggal dalam kerja paksa itu.


#sejarahflores #sejarahmaumere #tentaraKNIL #knilmaumere #jepangmaumere #abuabuflores

Referensi:

 (Foto-foto dan arsip dalam blog ini diambil dari laman-laman di atas juga sumber lain yang terkait.)




Komentar